Kesepakatan Kelas Sebagai Wujud Dari Budaya Positif Di Sekolah
1.
LATAR
BELAKANG
Pendidikan
adalah sebuah tuntunan dalam hidup dan tumbuh kembang anak. Setiap anak
memiliki kekuatan dirinya sendiri, memiliki pengalaman
dan kekayaan. Pendidikan haruslah membimbing dan menguatkan apa yang ada di
dalam diri setiap anak agar dapat memperbaiki tingkah lakunya, cara hidupnya dan
pertumbuhannya. Dalam proses menuntut, anak diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk mengembangkan potensi bakat dan minatnya sebagai inndividu yang unik.
Dalam
proses menuntun tersebut, anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengembangkan potensi bakat dan minatnya sebagai individu yang unik, akan
tetapi guru sebagai pamong harus memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak
kehilangan arah dan membahayakan dirinya . Guru sebagai pamong dapat memberikan
tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
Sebagai
pamong, Guru diharapkan memiliki nilai-nilai positif yang dibutuhkan
untuk membentuk karakter pelajar pancasila dengan
memberi contoh (Ing Ngarso Sung Tulodho) dan melakukan habituasi atau
pembiasaan yang konsisten di Sekolah. Karena itu, sangat penting bagi
guru untuk dapat mengembangkan budaya positif di sekolah agar
dapat menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri
peserta didik-peserta didiknya untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab
dan berbudi pekerti luhur.
Tujuan
membangun budaya positif di sekolah adalah menumbuhkan karakter anak.
Kita semua percaya bahwa tujuan penting sekolah adalah pembentukan karakter.
Itulah mengapa banyak program sekolah yang bertujuan untuk menumbuhkan karakter
peserta didik. Misalnya program kantin kejujuran dengan tujuan menumbuhkan
karakter jujur pada peserta didik atau program literasi dengan tujuan
untuk menumbuhkan karakter kritis pada peserta didik.
Adapun
karakter yang diharapkan menjadi manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan seperti tujuan pendidikan nasional kita adalah
seperti yang tercantum dalam profil pelajar pancasila yakni: Beriman, Bertaqwa
kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan
Global, Bernalar Kritis dan Mandiri.
Pada
akhirnya, budaya positif di sekolah akan dapat menumbuhkan karakter
positif yang bukan hanya mendorong peserta didik untuk sukses secara
moral maupun akademik di lingkungan sekolah, tetapi juga untuk menanam moral
yang baik pada diri peserta didik ketika sudah terlibat di dalam masyarakat.
Sebagai langkah awal untuk penerapan
budaya positif, bisa dimulai dengan membuat kesepakatan kelas. Dalam
pelaksanaannya, kesepakatan kelas ini harus melibatkan peserta didik. Budaya
positif yang tumbuh di kelas ini, hendaknya ditularkan kepada semua warga
sekolah. Karenanya, seorang guru penggerak bisa berbagi praktik baik yang telah
diterapkannya ini dengan rekan sejawat dalam pertemuan di sekolah, tentunya
setelah terlebih dulu melakukan konsultasi dan koordinasi dengan kepala dan
wakil kepala sekolah. Dengan adanya berbagi praktik baik untuk penerapan budaya
positif ini, akan menciptakan sekolah yang teratur, nyaman, aman, serta
terjadinya pembelajaran menyenangkan yang menekankan untuk mengeksplorasi
hal-hal positif yang ada dalam diri peserta didik. Dengan demikian, visi
sekolah pun akan lebih mudah untuk diwujudkan.
Oleh
karena itu, aksi nyata dalam modul 1.4 guru penggerak adalah berbagi praktik
baik
kepada
rekan sejawat di sekolah untuk menerapkan kesepakatan kelas dalam menumbuhkan
budaya positif di sekolah.
2.
DESKRIPSI
AKSI NYATA
Sebagai langkah awal untuk penerapan
budaya positif, bisa dimulai dengan membuat kesepakatan kelas. Dalam
pelaksanaanya, kesepakatan kelas ini harus melibatkan peserta
didik. Penerapan kesepakatan kelas sebenarnya bukanlah hal yang baru.
Membuat kesepakatan kelas selalu dilakukan pada awal semester. Namun, selama
ini dalam penerapannya memang tidak melibatkan peserta didik secara awal.
Biasanya, pada awal semester, hanya menyampaikan aturan-aturan dan hal-hal yang
harus dilakukan oleh peserta didik. Selanjutnya, peserta didik diminta
mengikuti aturan tersebut. Jika tidak, ada konsekuensi berupa hukuman yang akan
diberikan.
Setelah
mendapatkan materi tentang penerapan budaya positif berupa langkah-langkah
penerapan kesepakatan kelas dari Program Pendidikan Guru Penggerak, penerapan
kesepakatan dilakukan secara berbeda.
Kesepakatan kelas yang saya buat bersama
para peserta didik yaitu kesepakatan kelas yang kami terapkan saat pembelajaran
Bahasa Jawa berlangsung. Dimulai dari mengenalkan apa itu budaya positif,
praktik baik dan keterkaitannya dengan kesepakatan kelas. Berikutnya
adalah menanyakan kepada para peserta didik bagaimana keberadaan dan perasaan
mereka saat mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa, apakah menyenangkan,
membosankan atau menegangkan? Dari beberapa pertanyaan tersebut, saya mencoba
menggali ide, harapan, kekhawatiran dari seluruh peserta didik untuk
menciptakan kelas sesuai dengan impian dan keinginan mereka dalam melaksanakan
pembelajaran Bahasa Jawa dengan konsep merdeka belajar demi terciptanya profil
pelajar Pancasila. Langkah berikutnya adalah membahas ide, harapan, kekhawatiran
tersebut untuk di diskusikan dan diambillah satu kesepakatan bersama untuk
kemudian mengubahnya menjadi satu kesepakatan kelas yang harus dilaksanakan
dengan penuh rasa tanggung jawab, cerdas dan ikhlas. Setelah kesepakatan kelas
ini disepakati bersama, terlihat pancaran dari para peserta didik yang lebih
antusias, menyenangkan dan menyimpan banyak harapan. Semoga bisa tercapai semua
keinginan mereka dalam pembelajaran Bahasa Jawa di kelasnya masing-masing tanpa
ada tekanan dan paksaan. Setelah semua proses ini, guru kemudian membuat poster
kesepakatan kelas
3.
HASIL
DARI AKSI NYATA
1.
Terbentuknya kesepakatan kelas, agar kelas menjadi tertib disiplin dengan
dukungan dan kepedulian dari orang tua peserta didik.
2.
Terlaksananya kesepakatan kelas agar peserta didik menjadi antusias dalam
belajar.
Pada praktiknya, jika ada beberapa siswa
yang melanggar, maka peserta didik diingatkan kembali akan kesepakatan yang
telah dibuat bersama. Namun, ketika sudah beberapa kali diingatkan masih ada
yang tidak mematuhi, langsung dihubungi yang bersangkutan dan diberi tindakan
restitusi.
Guru sebagai manager, jika ada peserta
didik yang melakukan pelanggaran tata tertib, maka guru akan beretanya kepada
anak tentang alasan mengapa anak tersebut melanggar aturan dan membuat kesepakatan
kelas untuk melakukan tindakan perbaikan.
4.
PEMBELAJARAN
YANG DIDAPAT
Pembiasaan positif dari kegiatan yang telah
dilakukan ini yaitu adanya kesepakatan kelas yang telah dibuat antara guru dan
peserta didik, kelas impian yang di cita-citakan akan terwujud dengan adanya
komunikasi positif di kelas melalui kesepakatan yang dibuat bersama-sama dan
semua kegiatan yang disusun berdasarkan peraturan bersama akan dilakukan dengan
penuh tanggung jawab dan diakhiri dengan evaluasi serta umpan balik dari peserta
didik maupun guru untuk perbaikan kedepan, demi terciptanya budaya positif yang
diharapkan di kelas maupun sekolah.
Ada hal yang tidak sesuai dengan rancangan aksi
nyata yaitu berdiskusi dengan teman sejawat terkait keberhasilan dari
penggunaan kesepakatan kelas untuk menanamkan budaya positif di sekolah.
Perencanaan ini belum dapat dilaksanakan karena program ini baru saja
dilaksanakan , dan masih perlu beberapa waktu untuk mengumpulkan data-data yang
cukup agar saat berdiskusi dengan rekan sejawat dapat lebih maksimal.
5.
RENCANA
PERBAIKAN UNTUK PELAKSANAAN DI MASA MENDATANG
Adapun rencana perbaikan untuk
pelaksanaan di masa mendatang adalah terus menjaga komitmen dan konsistensi
dari semua pihak terutama guru, murid, dan orang tua murid agar dapat menjalankan
kesepakatan kelas. Selalu menjalin komunikasi dan kolaborasi positif dengan
seluruh pihak serta selalu saling menjaga motivasi.
6.
DOKUMENTASI
A. A. Proses penyusunan kesepakatan kelas bersama murid
B. Hasil kesepakatan kelas yang telah terbentuk
Komentar
Posting Komentar